ada yang pernah mengatakan padaku, untuk menjadi pribadi yang disenangi orang-orang, maka kau tak sepenuhnya menjadi diri mu. adakah itu benar?? bukankah menjadi diri sendiri itu jauh lebih baik daripada kau harus menjadi yang lain? atau justru pernyataan pertama yang benar? bagaimana dengan pendapat Mario Teguh yang mengatakan,"Jangat terperangkap oleh kata-kata 'just be your self', karena banyak yang salah kaprah akan hal itu. menjadi diri sendiri itu maksudnya seperti kita menggabungkan kain-kain perca, kemudian menjahitnya menjadi sebuah barang yang daya guna".
tapi apa semua itu setelah dilakukan akan membuat mu bahagia? atau seperti biasanya budaya
hari ini dia berusaha untuk menjadi yang disenangi itu. benar saja, ia praktekan teori itu hingga menjadi gambar 4D. membuat orang-orang di sekelilingnya tertawa. bahagia. tapi apakah dia bahagia setelahnya???? dia justru terlihat memberi senyum sinis bermata tajam di balik kacamatanya. untuk menampakkan emosi itu sungguh ia enggan, ya..enggan sekali. tapi dia hanya manusia. sifat yang menyelimuti jiwanya tersusun apik bak penjaga. mungkin belum, atau memang tak akan pernah hilang, itu dia....EGO...!!
dia selalu ingin disenangi, kemudian membuat yang lain dari dia nyaman berada di sekitarnya. ingin selalu mengajaknya, bermain, lalu bercerita. tapi adakah dia bahagia setelah itu? adakah dia bahagia hari ini?
dia bukan permainan yang bisa dipermainkan. dia itu jiwa pemilik raganya. ingin diperlakukan semestinya diperlakukan. Aku bertanya padanya,"lalu kenapa kau tak berontak? melepaskan jahitan kain-kain perca itu dan kemudian membuatnya kembali menjadi kain-kain perca???"
tapi dia hanya terdiam. seperti melawan sebuah pertanyaan.
adakah dia bahagia hari ini? adakah mereka membuatnya bahagia pula? atau dia hanya pembahagia mereka yang tak pantas mendapat yang sama?
sesuai dengan diriku yang sekarang. jadi sulit buat komentar karena aku juga sedang mencari jawaban dari itu
BalasHapusmenjadi "dia" disini memang complicated :(
Hapus