Sabtu, 08 Oktober 2011

beliau bapakku, walau bukan papaku...

gak kerasa memang waktu cepat berlalu. rasa pun bergulir tanpa kita sadari. yang kecil menjadi besar, yang muda menjadi tua, yang segar menjadi layu, yang sehat harus tetap sehat donk yaaa :)
begitu pula dengan rasa, yang cinta jadi benci, yang benci jadi cinta, dan begitu lah cycle nya.

ini tahun keenam aku hidup bersama keluarga baru ku. ya dengan mama dan kakak yang sama, tapi berbeda papa. Aku memang dari keluarga yang broken. tapi itu tak akan mengubah apa-apa walau tanpa dia. karena kini ku punya ayah yang menyayangi kami dan berhati lembut.
menginjak SMP kelas IX, mama ku memutuskan menikah lagi setelah berpisah secara hukum 2 tahun sebelumnya dengan papa. diantara aku, kakak, dan adekku, akulah yang paling menentang pernikahan itu. sempat terlintas dipikiranku untuk menggagalkan pernikahan itu dengan menelfon anak kandung dari bapak tersebut, namun Tuhan berkehendak lain. karena saat aku menelfon, adekku irda datang dan memergokiku. ya, irda sangat mendukung pernikahan itu. dia sayang banget dengan bapak, mungkin karena dari kecil dia udah ditinggal papa dan ga ngerasain kasih sayang yang utuh dari mama dan papa. akhirnya niat menelfon itu gagal.
lagi-lagi, yang namanya jalan Tuhan itu, ga ada yag bisa nentang. dan akhirnya, pernikahan itu berlangsung juga. tapi hatiku yang keras, dan otakku yang belum bisa menerima, tetap menentang semuanya. pada hari pernikahan itu, aku ga pulang seharian. padahal mamaku ngadain syukuran kecil-kecilan. kakakku walau kurang menyetujui juga pada awalnya, tetap hadir di acara itu. ya mungkin karena dia udah dewasa dan bisa berfikir logis.
bukan karena aku ga sayang sama mama, bukan aku ga mau mama bahagia, tapi............................
aku belum bisa hidup se rumah bersama orang asing. tapi mama tetap menikah dengan bapak itu!!! akhirnya aku dan mama buat perjanjian, mama boleh menikah lagi, tapi ga boleh punya anak lagi. mama sih menyanggupi, mungkin karena alasan kesehatan juga. mama ga muda lagi, ya uda mendekati kepala 4, ga baik juga kalo mengandung.
seiring berjalannya waktu dan bertambah nya usiaku, aku mulai menerima keadaan sekarang. aku mulai mengerti dan menerima alasan mengapa mamaku harus menikah lagi, dan aku rasa mama benar. menyandang gelar janda itu tidak mudah, apalagi dipandangan masyarakat awam. semua tidak semudah roda berputar.
sekarang udah memasuki tahun ke-6 pernikahan mama, dan aku sudah benar-benar menganggap bapak itu sebagai papaku. luar biasa penyabarnya beliau, dan bahkan, ponakanku, anak dari kak dian, sangat menyayanginya. mungkin zeva (ponakan aku) lebih menyayangi bapak daripada papaku, yang notabene adalah kakek kandungnya. bapak juga yang selama ini mengantar-jemputku pulang sekolah, bimbel, dan kemanapun. mungkin papaku sendiri tak mampu melakukannya.
pernah suatu saat, ketika aku masuk UGD karena demam berdarah, dan dirawat selama seminggu, dengan telaten pula dia membantu mama merawatku. bapak memang sudah pensiun. beliau adalah PNS pensiunan pajak. kegiatannya sehari-hari ya berada di rumah, dan 2 kali seminggu beliau olahraga tennis bersama teman-temannya di kantor pajak. beliau memang sudah tua, tapi sangat sehat dan bugar.
kini, rasa sayangku kepada bapak tak lagi berbeda dengan rasa sayangku ke mama. dia, bapakku, walau bukan papaku.

2 komentar:

  1. wah, sungguh luar biasa..
    kasih sayang itu akan didapat dari siapa saja. mungkin klo saya jadi Aisa bakal ga bisa menerima juga pada awalnya.
    semoga senantiasa dilindungi Allah ya keluarganya :)

    BalasHapus
  2. wah...ada mbak irma mampir :)
    iya mbak, amin ya Rabb.. memang ksh syg itu bisa kita dapatkan selama pintu hati kita menerima ksh syg itu. semoga keluarga mbak irma d lindungi Allah swt juga :D

    BalasHapus